Terumbu Karang 2

Terumbu karang merupakan kelompok kehidupan (komunitas) yang paling produktif dan paling beraneka ragam di muka Bumi ini dan banyak dijumpai di laut tropis yang hangat, jernih, dan dangkal.  Terumbu karang memiliki fungsi yang beragam mulai dari sebagai penyedia makanan dan tempat tinggal bagi bermacam ikan dan invertebrata hingga melindungi pesisir dari erosi.  Melalui simbiosis dengan alga bersel tunggal (zooxanthellae), karang pembangun terumbu merupakan sumber produksi primer dalam komunitas terumbu karang (Richmond 1993).  Organisme karang yang hidup dalam terumbu mengeluarkan senyawa yang secara biologis aktif memiliki kegiatan penangkal mikroba dan virus (Van Alstyne and Paul 1988).  Senyawa ini penting bagi sumber alami obat-obatan.  Selain itu, para wisatawan yang datang dan melihat keindahan terumbu karang merupakan sumber matapencaharian yang penting bagi masyarakat yang tinggal di sekitar terumbu karang.  Sayangnya, sejalan dengan peningkatan pemahaman kita akan karang dan terumbu karang, secara drastis pengaruh negatif populasi manusia terhadap komunitas terumbu karang meningkat pula.

Secara ilmiah, karang pembangun terumbu (atau karang hermatypic) masuk dalam Orde Scleratinia dalam kelas Anthozoa dari filum Cnidaria.  Di dunia, ada sekitas 6000 jenis yang masuk dalam kelas Anthozoa, yang ke semuanya merupakan jenis dari laut (marine) (Pechenik 1991).  Terumbu karang di wilayah barat Pasifik, termasuk Indonesia dan tentunya wilayah-wilayah Pangkajene Kepulauan, Selayar, Buton, Wakatobi, Padaido, Raja Ampat dan Sikka, memiliki keanekaan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan terumbu karang yang hidup di wilayah samudera Atlantik dan Karibia.  Perairan Samudra Pasifik memiliki 75% lebih banyak genera dan 85% lebih banyak jenis karang (Wilkinson 1987). Terumbu terbangun dari kalsium karbonat yang dihasilkan oleh polip karang.  Meskipun merupakan arsitek utama bangunan terumbu, karang bukan satu-satunya elemen pembangun terumbu karang.  Alga corraline melekatkan berbagai macam karang satu sama lain dengan senyawa kalsium, dan organisme lain seperti cacing dan moluska menyumbangkan kerangkanya yang keras (Cousteau 1985).  Bersama-sama, berbagai organisme tersebut membangun berbagai jenis bentuk terumbu karang.  Terumbu merupakan struktur yang penting di daerah tropis.  Terumbu inilah yang memicu terbentuknya pulau dan mengubah garis pantai (Goreau et al. 1979).
Suatu koloni karang bisa terdiri dari ribuan polip.  Polip pada umumnya bersifat karnivora dan mencari makan dengan merentangkan belalainya (tentakel) untuk menangkap partikel yang melayang dalam air.  Namun demikian alga yang disebut sebagai zooxanthellae dan hidup bersimbiosis dengan polip karang tersebut berperan penting sebagai sumber nutrisi bagi karang hermatypic tersebut (Rowan dan Powers 1991).  Karang berkembang biak secara seksual maupun aseksual.  Suatu koloni koral yang berukuran besar diameternya, mungkin saja berasal dari satu polip yang sama.

Karena sebagian besar organisme terumbu karang hanya dapat hidup dalam kondisi lingkungan terbatas, terumbu karang sangat peka terhadap perubahan kondisi lingkungan (Richmond 1993).  Karang sangat rentan terhadap penyakit dan pemutihan (bleaching).  Kondisi alam yang dramatis, seperti topan badai, dapat merusak terumbu karang.  Selain itu, banyak sekali masalah terhadap terumbu karang disebabkan oleh kegiatan manusia, secara langsung dan tidak langsung.  Karena perannya yang penting secara ekologis dan secara ekonomi, pemahaman akan tekanan dan ancaman terhadap terumbu karang sangat diperlukan.  Untungnya, ancaman dan kerusakan terhadap terumbu karang yang disebabkan oleh manusia dapat ditanggulangi dan dicegah (Richmond 1993).

Tidak ada komentar: