Manfaat Pengembangan MPA di Kabupaten Biak Papua

1. Perubahan Nasib Dengan Usaha Kios Di Desa Insrom
Ros Amsamsyum adalah salah seorang pelaku usaha yang telah mendapatkan bantuan dari program COREMAP II. Ros yang berusia 27 tahun telah membuka usaha kios dalam rangka program mata pencaharian alternatif sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pemanfaatan sumberdaya laut.
Ros telah mendapatkan bantuan modal dari dana Seedfund program COREMAP II yang telah dikucurkan kepada LKM (Lembaga Keuangan Mikro) untuk kemaslahatan masyarakat. Dengan bantuan modal sebesar Rp. 500.000,- Ros telah mampu mengembangkan usahanya hingga berhasil dan pendapatannya dari ke hari semakin meningkat.
Sejak memiliki kios tersebut, Ros sudah mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah anak-anaknya.  Kini kehidupan Ros sudah jauh lebih baik, bahkan ia adalah salah seorang pelaku usaha yang dianggap sukses. Ketergantungannya terhadap pemanfaatan sumberdaya laut semakin berkurang, sehingga hal ini memungkinkan berkurangnya aktivitas pemanfaatan sumberdaya laut yang berlebihan.

2. Perubahan Nasib Dengan Usaha Kios Di Desa Samber Kecamatan Yendidori
Masyarakat kampung Samber secara umum mampu meningkatkan mata pencaharian mereka secara baik dan berhasil.  Kebutuhan rumah tangga masyarakat pada umumnya semakin lebih baik bahkan mampu meningkatkan usaha mereka.  Seiring dengan penerapan program COREMAP II di Kampung Samber, dari waktu ke waktu pemahaman masyarakat tentang pentingnya melestarikan sumber daya laut dan pemanfaatan sumberdaya laut secara lestari telah dipahami. Peran COREMAP II di Kampung Samber sangat berpengaruh terhadap masyarakat dalam mengelola terumbu karang. Beberapa bantuan yang sudah digulirkan ke masyarakat, memberikan dampak yang sangat signifikan terutama masyarakat dapat mengelola serta memanfaatkan sumber daya laut secara lestari. Adalah Sergius P. Mampioper, salah seorang yang telah mendapatkan bantuan dari COREMAP II, sehingga ketergantungannya terhadap sumberdaya laut diminimalisir.
Sergius telah mendapatkan bantuan modal dari program COREMAP II sebesar Rp. 500.000,- dan usahanya semakin berkembang. Sebelum mendapatkan bantuan modal dari dana Seedfund yang COREMAP II luncurkan, kehidupannya masih kekurangan baik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun untuk biaya sekolah anak-anaknya.
Menurt Sergius, dengan adanya program COREMAP II, kini hasil tangkapan nelayan jauh lebih baik, karena dengan dibentuknya Daerah Perlindungan Laut (DPL), ikan-ikan semakin melimpah dan hal ini berdampak pada kiosnya yang menjadi ramai. Semua masyarakat Desa Samber dapat merasakan perubahan yang sangat signifikan dengan adanya program COREMAP II ini, bahkan masyarakat dapat mengembangkan usahanya jauh lebih baik, karena COREMAP II telah menyediakan dana Seedfund yang digelontorkan kepada Lembaga Keuangan Mikro (LKM) untuk digulirkan kepada masyarakat dengan sistem yang tidak merugikan semua pihak.

3. Nelayan Sukses Dari Desa Yendidori
Seorang nelayan yang bernama Yosua Aibekob yang berusia 37 tahun telah berhasil dalam meningkatkan pendapatan sehari-harinya dari usaha yang digelutinya. Berkat kegigihan dan keuletan serta kerjasama dengan pihak-pihak lain, Yosua mampu meraih sukses sesuai dengan kemampuannya dalam mengembangkan usahanya, serta dapat memenuhi semua kebutuhan keluarganya.
Sebelumnya Yosua pernah menjalankan usaha yang lain untuk mendapatkan penghasilan tambahan, akan tetapi karena kurangnya modal, kurang pengalaman serta kurangnya pemasaran, sehingga usaha yang digelutinya, yaitu berjualan sembako di kios-kios menjadi kecil hingga akhirnya bangkrut. Atas bantuan dari COREMAP II, ahirnya Yosua bangkit lagi dari keterpurukan dan mulai bangun lagi usaha baru, yaitu sebagai nelayan. Selanjutnya LKM (Lembaga Kredit Mikro) yang dibentuk oleh COREMAP II memberikan bantuan kepada Yosua berupa modal sebesar Rp. 500.000,-, dana tersebut adalah dari dan Seedfund yang digelontorkan oleh COREMAP II untuk membantu dalam peningkatan pendapatan masyarakat pesisir.
Dana SeedFund adalah dana guliran yang diperuntukkan seluruh masyarakat pesisir, termasuk salah satunya adalah Yosua. Yosua mampu mengembangkan usahanya, sebagai nelayan  sehingga Yoshua mendapatkan keuntungan yang berlipat.
Beberapa hambatan atau kendala yang dihadapi Yosua adalah masih minimnya alat-alat tangkap serta perahu yang digunakan masih memakai dayung, sementara lokasi tangkapan cukup jauh. Meskipun Yosua tetap menjalankan usahanya sebagai nelayan hingga jumlah ikan yang diperolehnya mencapai antara 50-100 kg/hari dengan kisara uang yang diterimanya adalah antara Rp. 300.000,- sampai dengan Rp. 500.000,- per hari. Yosua menjual ikan ke pasar-pasar lokal  dan mikro bisnis yang lainnya.
Sejak mendapatkan beberapa pelatihan dari COREMAP II, Yosua menjadi lebih mandiri dan ia merasakan bahwa program Mata Pencaharian Alternatif yang dicanangkan oleh COREMAP II telah memberikan dampak yang sangat besar terhadap masyarakat pada umumnya. Karena program COREMAP II dapat menjadi salah satu program untuk menurunkan tingkat pengangguran, kemiskinan serta meminimalisir praktek-praktek pemanfaatan sumber daya yang merusak lingkungan, terutama ekosistem terumbu karang. Selain itu, dampak dari program awareness, maka para nelayan mengambil ikan tidak lagi di kawasan DPL (Daerah Perlindungan Laut) akan tetapi di luar DPL.



4. Usaha Kios Di Desa Yeri
COREMAP II telah mengadakan pelatihan tentang Menejemen Usaha Kecil, untuk masyarakat Desa Yeri di Kabupaten Biak. Pelatihan ini bertujuan untuk mengembangkan usaha masyarakat dalam rangka sebagai salah satu program mata pencaharian alternatif.  Salah seorang yang telah mengikuti pelatihan Menejemen Usaha Kecil adalah Bapak Rusland Bauraomi (36 Tahun).
Bapak Ruslan telah mendapatkan bantuan dari program COREMAP berupa pinjaman bergulir sebesar Rp. 500.000,-. Dari bantuan modal tersebut, usaha Bapak Ruslan bekembang sehingga penghasilannya makin bertambah, sekarang penghasillannya sebesar Rp. 1.500.000,-. Usaha yang dilakukan oleh Bapak Ruslan adalah menyediakan 9 bahan pokok untuk kebutuhan masyarakat di desa Yeri, masyarakat yang mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan Bapak Ruslan bukan saja dari kalangan nelayan, akan tetapi para pengusaha di desa tersebut.
Selain sembilan bahan pokok, Bapak Ruslan menjual juga hasil ternak dan hasil tani masyarakat, serta pengolahan ikan Asin atau ikan asap. Dengan demikian, produk yang dijual oleh Bapak Ruslan lebih bervariasi dan para nelayan juga memiliki peluang untuk menjual ikan-ikannya kepada Bapak Ruslan.
Dengan hadirnya usaha Pak Ruslan, maka masyarakat dari desa Yeri merasa dimudahkan kebutuhannya, karena jangkauan untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhannya, Pak Ruslan dapat menyediakannya.

5. Usaha Kios Di Desa Saribra
Transportasi umum merupakan salah satu kendala yang dirasakan oleh masyarakat desa Saribra pada umumnya. Minimnya transportasi umum ke kota menyebabkan terhambatnya beberapa usaha yang dijalankan oleh masyarakat.  Bagi masyarakat atau penduduk yang memiliki kendaraan atau transportasi untuk ke kota, hal ini tidaklah menjadi hambatan, karena bisnis atau usaha yang dijalankannya dapat berjalan dengan baik.
Meskipun transportasi menjadi salah satu hambatan yang sangat penting bagi kelangsungan usaha masyarakat, akan tetapi Bapak Kudrat Kafiar mampu mengatasi masalah tersebut dengan baik, salah satunya dengan melakukan kerjasama dengan anggota kelompok yang memiliki transportasi, dengan kerjasama tersebut usahanya makin maju. Dengan bantuan modal dari LKM (Lembaga Keuangan Mikro) sebesar Rp. 500.000,-, Bapak Kundrat mampu menjalankan usaha kios atau dagangnya lebih baik.
Kerjasama yang sudah dibangun oleh kelompoknya pa Kundrat adalah adanya pembagian waktu dalam penjualan ke masyarakat, selain itu adanya kerjasama dengan LKM (Lembaga Keuangan Mikro. Menurutnya, usaha yang dijalankannya tersebut sangat ramah lingkungan karena tidak berdampak negatif terhadap lingkungan terutama ekosistem terumbu karang.
Dari usaha yang dijalankannya, Bapak Kundrat mendapatkan keuntungan, yaitu peningkatan pendapatan hingga mencapai Rp. 1.500.000,- per bulan, sehingga Bapak Kundrat dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya lebih baik.


6. Usaha Produksi Roti Di Desa Wadibu
Masyarakat Desa Wadibu yang berlokasi di Kabupaten Biak merasa senang dengan hadirnya program COREMAP II yang masuk ke desa tersebut. Kehadiran Program COREMAP II telah banyak memberikan kontribusi dan manfat yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Program COREMAP II tersebut dapat membantu masyarakat mulai dari sisi pengelolaan ekosistem terumbu karang, hingga dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Selin itu, masyarakat juga dapat lebih memahami arti pentingnya keberadaan ekosistem terumbu karang, sehinga animo masyarakat untuk menjaga lingkungan semakin tinggi.
Salah satu yang telah merasakan kehadiran Program COREMAP II adalah Ibu Ilona Hoor. Ia seorag ibu rumah tangga yang telah dibantu oleh COREMAP dalam meningkatkan usaha dan pendapatannya. Ibu Ilona telah mendapatkan bantuan dari COREMAP II sebesar Rp. 10.000.000,- untuk membantu permodalan usahanya dibidang Usaha/Produksi Roti atau kue. Dengan modal bantuan tersebut, ibu Ilona dapat mengembangkan usahanya menjadi lebih baik dan bertahan hingga saat ini. Selain, modal tersebut, Ibu Ilona juga telah mendapatkan pelatihan tentang Menejemen Usaha Ekonomi Keluarga.
Meskipun usahanya dapat berjalan, akan tetapi beberapa kendala tetap dihadapi oleh Ibu Ilona, misalnya kurangnya fasilitas penunjang seperti alat-alat, sehingga hal ini mempengaruhi produksinya.  Produk yang dihasilkan dari usaha yang dijalankan Ibu Ilona adalah Kue yang diproduksi sekitar 200-300 kue per hari, kemudin dipasarkan secara lokal
Manfaat yang dirasakan oleh Ibu Ilona dari usaha kue tersebut adalh dapat menambah pendapatan ekonomi keluarga, dapat membantu membiayai pendidikan untuk anak-anaknya dan pendapatan kotor yang diperolehnya dalam sehari adalah sekitar Rp. 500.000,-. Selain itu, menurutnya usaha yang dijalankannya sangat tidak berdampak negatif pada pengelolaan ekosistem terumbu karang dan sangat mengharapkan program COREMAP tersebut dapat berjalan terus atau secara berkelanjutan, karena mereka telah merasakan dampak positif untuk kehidupan sehari-hari mereka.

7. Usaha Ikan Segar Di Desa Padwa
Emenus Manibui adalah penduduk Desa Padwa yang berusia 37 tahun telah mendapatkan bantuan dari Program COREMAP II, yaitu modal sebesar Rp. 500.000,- yang merupakan dana Seedfund, yaitu dana guliran yang dijalankan oleh LKM (Lembaga Keuangan Mikro). Bantuan yang diterima oleh Emenus adalah bantuan untuk pembelian alat-alat tangkap ikan, yang diharapkan dengan memiliki peralatan yang lebih baik, Emenes dapat meningkatkan produksi perikanannya.
Kegiatan mata pencaharian yang dilakukan oleh Emenes adalah memancing ikan di daerah terumbu karang. Meskipun terdapat beberapa hambatan seperti pemasaran dan harga yang tidak tetap, Emenes masih merasakan perubahan yang terjadi, yaitu pendapatan ekonominya meningkat, meskipun belum terlalu besar. Peningkatan pendapatan Emenes dari mata pencaharian tersebut adalah sekitar Rp. 500.000 per bulan, akan tetapi hal ini sudah dapat membantu perekonomian rumah tangganya dan meningkatnya kesejahteraan dalam bidang kesehatan.
Produk yang dihasilkan oleh Emenes adalah ikan segar yang diperolehnya dari memancing. Ikan segar tersebut ia jual ke pasar lokal atau penduduk setempat, dan ikan yang dihasilkannya setiap hari adalah kurang lebih 2 kg ikan segar. Menurutnya, kegiatan yang dilakukannya sangat ramah lingkungan, karena alat yang digunakannya masih tradisional dan bukan di tempat-tempat zona larang ambil, sehingga keanekaragaman hayati di Daerah Perlindungan Laut tetap terjaga.
Kendala atau hambatan yang dihadapinya dengan kelompok lain adalah kurangnya partisipasi dari anggota kelompok serta kurangnya koordinasi. Bila koordinasi dan partisipasi kelompok berjalan dengan baik, maka usaha ikan segarnya akan lebih baik dan maju, karena dengan kerjasama yang baik, harga ikan di pasaranpun akan lebih baik dan nelayan akan mampu bernegosiasi dengan pihak pembeli.
Emenes merasa bahwa, dengan adanya program COREMAP II tersebut, adanya perubahan yang signifikan, baik dari tingkah laku masyarakat, pendapatan masyarakat atau laiinyya. Selain itu, pengetahuan masyarakat juga menjadi lebih baik dan lebih tahu tentang manfaat terumu karang dan bagaimana mejalankan usaha dengan baik dan benar.

8. Usaha Kios Di Desa Manswam
Yemima Simopiaref (40 Tahun) adalah warga Desa Manswam yang telah mendapatkan bantuan dari Program COREMAP II dalam rangka meningkatkan perekonomian keluarganya. Usaha yang telah dibantu oleh COREMAP adalah usaha kios dan ia mendapatkan bantuan modal sebesar Rp. 1.000.000,- (Satu juta Rupiah). Secara umum apa yang dijalankannya belum terlalu berhasil dibandingkan dengan para pelaku usaha di desa-desa lain dan dari data instrumen untuk manfaat Mata Pencaharian Alternatif, memperlihatkan bahwa Yemima belum memahami secara keseluruhan mengenai usaha yang dijalankannya.
Akan tetapi Yemima masih mendapatkan keuntungan dari usaha yang dijalankannya meskipun tidak seperti pelaku usaha lainnya. Penambahan yang diperolehnya dari usaha tersebut tidak menentu dan rata-rata hanya Rp. 250.000 dan jumlah produk yang dihasilkannyapun masih tidak menentu. Hambatan yang dihadapi oleh Yemima adalah belum memiliki ijin usaha untuk usahanya, dan ia mengharapkan bantuan COREMAP untuk dapat memfasilitasi dalam pembuatan ijin usahanya tersebut.
Penguasaan teknik usaha yang dilakukan oleh Yemima berdasarkan pengalaman pribadinya, sehingga ia belum mendapatkan pelatihan khusus tentang usahanya tersebut. Meskipun penghasilannya dari usaha tersebut tidak menentu, tapi Yemima sudah merasakan adanya perubahan dari sisi perekonomiannya dan ia masih membutuhkan bantuan modal yang lebih untuk memajukan usahanya.
Bila dilihat dari hasil yang dicapai oleh Yemima dan dibandingkan dengan para pelaku usaha lainnya, terdapat hambatan lain yang dihadapi oleh Yemima dan hal ini mempengaruhi berhasil tidaknya usahanya tersebut. Salah satunya adalah manajemen usaha, Yemima sepertinya belum memiliki kemampuan atau pengetahuan dalam mengelola usahanya terutama dari sisi administrasi maupun pengaturan keuangan usaha dan rumah tangga. Sehingga hasil yang diperoleh Yemima masih kurang dan belum dapat dikategorikan berhasil secara penuh.

9. Pengadaan Alat Tangkap Bagan Di Kecamatan/Desa Padaido
Peningkatan ekonomi atau pendapatan masyarakat dapat diperoleh dari berbagai macam mata pencaharian. Salah satunya adalah dari perikanan dan potensi perikanan sangat tinggi bila dimanfaatkan secara baik. Tapi beberapa masyarakat masih menggunakan teknik-teknik yang tradisional sehingga masih memerlukan bimbingan teknis yang lebih baik. Salah seorang masyarakat yang menjalankan usaha perikanan adalah Zakarias Rumpaisuni yang berusia 58 tahun. Ia mendapatkan bantuan dari program COREMAP II sebesar Rp. 500.000,- untuk pengadaan alat tangkap berupa bagan.
Hambatan atau kendala yang ia hadapi dalam melakukan kegiatannya selain teknis pembuatan bagan yang masih tradisional, juga pasarnya yang masih sedikit, sehingga produk yang dihasilkan oleh Zakarias tidak dapat dipasarkan secara maksimal. Selain itu, belum adanya penampung hasil tangkapan dan hal ini sangat mempengaruhi kualitas dari ikan yang ditangkap.
Ikan yang ditangkap oleh Zakarias adalah jenis-jenis seperti ikan kembung, puti dan lain sebagainya. Selain produk ikan target, ia juga menyediakan umpan bagi nelayan pancing dan ikan asin. Zakarias dapat menjual hasil tangkapannya 3 kali dalam seminggu dan sekali penjualan ia mendapatkan keuntungan kotor sebesar Rp. 700.000,-.
Meskipun ia jalankan usahanya sendiri, tapi Zakarias tetap berada di bawah naungan kelompok dan kerjasama dengan anggota kelompok cukup baik. Mereka membuat jadwal kerja sebagai bentuk kerjasama dalam usaha.
Padaido adalah desa yang masih dalam taraf pembangunan, sehingga desa tersebut masih belum tersentuh oleh perkembangan teknologi yang canggih. Maka dalam pelaksanaan menejemen mata pencaharian alternatifnya masih bersifat tradisional, meskipun demikian Zakarias dapat menjalankan usahanya dengan baik dan dapat melaporkan hasil kegiatan tersebut secara rutin.
Usaha yang dijalankan oleh Zakarias memberikan pengaruh atau dampak yang cukup baik untuk peningkatan perekonomian keluarga. Jadi sejak ia menjalankan usahanya dengan dana bantuan dari program COREMAP II, pendapatan keluarganya menjadi meningkat, hal ini dapat terlihat dari kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan keluarga lebih dari sebelumnya.
Dampak yang cukup signifikan dari usahanya Zakarias adalah secara tidak langsung hasil perikanan nelayan di desa tesebut menjadi meningkat, karena Zakarias menyediakan umpan bagi nelayan, dan nelayan kampung lebih mudah mendapatkan umpan dibandingkan sebelumnya. Apakah tekanan terhadap ekosistem terumbu karang menjadi berkurang? Masih diperlukan kajian yang lebih jauh, karena hal ini diperlukan monitoring atau pemantauan secara bekala untuk melihat dampaknya.


10. Usaha Non Perikanan Di Desa Samau
Seperti diketahui bahwa, tujuan dari Program COREMAP II bertujuan untuk mengelola sumberdaya laut agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara baik dan berkelanjutan. Fokus utama dalam pelaksanaan pengelolaan adalah berbasis masyarakat. Masyarakat adalah aktor utama dalam pengelolaan ekosistem laut dan sumber dayanya. Bila masyarakat tidak dilibatkan dalam pengelolaan, maka tekanan terhadap ekosistem laut akan semakin besar dan kerusakan ekosistem atau pemanfaatan sumber daya yang berlebih cenderung tinggi. Maka program COREMAP II selain fokus pada jenis-jenis mata pencaharian yang berhubungan dengan perikanan, juga program COREMAP II memperhatikan program mata pencaharian yang non perikanan.
Ibu Yuliana dan Ibu Maryati adalah anggota masyarakat yang mendapatkan bantuan dana untuk peningkatan usahanya dari Program COREMAP II di bidang non perikanan. Usaha yang dijalani oleh kedua orang tersebut adalah usaha Kios dan Kantin. Mereka menjalankan usahanya untuk membantu perekonomian keluarga, dan mereka mendapatkan dana bantuan dari program COREMAP II masing-masing sebesar Rp. 1.000.000,-.
Dari usaha yang dijalankan oleh ibu Yuliana dan Ibu Maryati mengalami peningkatan, dengan rata-rata pendapatan dalam satu bulan adalah sekitar Rp. 1.500.000,- untuk usaha kios dan Rp 2.600.000,- untuk usaha kantin, tapi pendapatan mereka masih tidak menentu setiap harinya, sehingga terjadi fluktuatif tergantung dari berapa produk yang terjual. Mereka melakukan penjualan di kampung dan sekolah SMP.  Jenis-jenis produk yang dijual bermacam-macam, sesuai dengan yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat, misalnya mie, gula, kopi, kue-kue, minuman dan lain sebagainya.
Manfaat yang dirasakan dengan adanya usaha tersebut, masih sebatas untuk peningkatan ekonomi keluarga, sementara manfaat atau dampak terhadap lingkungan atau ekosistem masih belum terlihat.  Hal ini disebabkan karena usaha yang mereka jalankan tidak berhubungan secara langsung dengan pemanfaatan sumber daya laut, tapi dampak dari usaha tersebut dapat berdampak cukup besar terhadap lingkungan, misalnya limbah atau sampah yang dibuang tidak pada tempatnya. Masih diperlukan kajian yang lebih mendalam tentang dampak atau manfaat usaha yang dijalankan oleh Ibu Yuliana dan Maryati terhadap lingkungan dan sumber daya laut.

11. Usaha Perikanan Di Desa Nyansoren
Usaha perikanan merupakan program utama yang didukung oleh Program COREMAP II. Hal ini berkaitan dengan tekanan dan ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya laut secara langsung. Untuk menghindari tekanan dan ketergantungan masyarakat yang semakin tinggi, maka COREMAP II membuat suatu rencana pengelolaan untuk meminimalkan tekanan dan ketergantungan masyarakat tehadap pemanfaatan sumber daya laut, sehingga dalam pemanfaatan sumber daya laut harus bersifat berkesinambungan.

Seperti halnya usaha yang dijalankan oleh Bapak Amos M. Rumbiak berusia sekitar 37 tahun. Ia adalah seorang nelayan dari desa Nyansoren yang berpengalaman dalam pengawetan ikan dengan menggunakan es batu. Ia menjual ikan segar yang ia pasarkan ke pemasok di tingkat kabupaten di Biak. Hasil penangkapan setiap harinya mencapai 500kg yang dikerjakan bersama-sama dengan kelompok.
Kelompok yang dijalankan oleh Bapak Amros sudah berjalan secara baik dan terarah sesuai dengan perencanaan. Kelompok ini membuat program kerja usaha peri kanannya, misalnya membuat perencanaan awal usaha, penyediaan modal, pelaksanaan usaha dan memonitor dan evaluasi usahanya.  Akan tetapi, hambatan yang masih dihadapi oleh kelompok pa Amros adalah belum adanya pabrik es dan freezer untuk menampung es agar tidak mencair.
Alat yang digunakan oleh kelompoknya pa Amros masih bersifat tradisional, yaitu menggunakan jaring, sehingga menurut pa Amros alat penangkapan ikannya tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Sementara itu, hidup berkelompok yang dijalankan oleh pa Amros memberikan manfaat yang sangat besar bagi masyarakat karena adanya kerjasama yang baik antar kelompok dan dapat membantu masyarakat yang peralatannya masih minim terutama bagi mereka yang tidak memiliki alat transportasi.
Manfaat lain yang dapat dirasakan oleh Pa Amros dari hasil usaha penangkapan ikan ini adalah meningkatnya perekonomian keluarga, sehingga lebih sejahtera dibandingkan sebelumnya. Begitu juga dengan masyarakat lainnya. Program yang dicanangkan oleh COREMAP II sangat membantu masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan, meskipun masih diperlukan beberapa upaya-upaya lainnya agar lebih baik.
Sementara itu, dampak usaha ini terhadap lingkungan masih belum dapat dikatakan ramah karena belum adanya analisis atau kajian tentang dampaknya. Hal ini harus disinergikan dengan hasil monitoring ekologi, lokasi penangkapan ikan, jumlah produksi dan alat-alat penangkapan. Stock perikanan di daerah tersebut juga belum diketahui, sehingga dampak yang dari usaha tersebut akan dapat terlihat bila sudah dilakukan monitoring secara berkala.
Akan tetapi, selama masyarakat memahami dan mematuhi semau peraturan pemerintah termasuk mengikuti program pengelolaan sumber daya alam yang baik, maka dampak yang dihasilkan dari usaha tersebut dapat diminimalisir dan usaha ini dapat lebih berkelanjutan. Selain itu, selama masyarakat menangkap ikan di daerah pemanfaatan, maka hasil yang akan diperoleh jauh lebih baik.


12. Usaha Rumput Laut Di Desa Padaido Nusi
Budidaya rumput laut memiliki potensi yang sangat tinggi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, karena budidaya rumput memiliki pasar yang sangat baik bila dilakukan dengan menejemen yang baik. Indonesia memiliki urutan tertinggi untuk produksi rumput laut yang tersebar hampir di seluruh indonesia. Maka Program COREMAP II sangat mendukung mata pencaharian budidaya rumput laut.

Masyarakat desa Padaido telah mendapatkan pelatihan tentang teknik budidaya rumput laut dari Dinas perikanan. Selain itu, masyarakat juga sudah memiliki pengalaman budidaya rumput laut, sehingga pelatihan yang diberikan oleh dinas perikanan dapat dengan mudah dipahami dan diterima oleh masyarakat, meskipun masih banyak yang kurang, misalnya dari sisi teknologi atau prosesing.
LKM kampung Nusi yang telah mendapatkan bantuan dari COREMAP II telah menjalankan usaha budidaya rumput laut, tapi masih banyak mendapatkan kendala atau hambatan dalam pelaksanaan usahanya, misalnya kurangnya pasar penampung, kurangnya modal, dan hama yang masih sulit untuk ditangani.
Anggota LKM sudah memahami tentang proses kegiatan budi daya rumput laut mulai dari penyediaan bibit, perawatan, pengeringan atau prosesing sampai penjualan. Hasil panen selama 40 hari kurang lebih 80 kg dengan harga per kilo sekitar Rp. 5000,-. Mereka menjual hasil budadaya rumput laut kepada pengumpul yang telah ditunjuk oleh dinas perikanan.
Masyarakat sangat mengharapkan program mata pencaharian alternatif, karena menurut mereka untuk mendapatkan ikan semakin sulit dan budidaya rumput laut adalah salah satu alternatif yang dapat dikembangkan oleh masyarakat desa Padaido. Meskipun mereka tidak mengetahui berapa peningkatan pendapatannya, tapi secara keseluruhan ada peningkatan.  Selain itu, menurut mereka budidaya rumput laut adalah suatu kegiatan yang dapat mengalihkan masyarakat dari praktek-praktek perikanan yang sifatnya merusak.