Cara Makan

Karang mendapatkan makanannya dengan berbagai cara.  Karang pembangun terumbu mengandalkan pasokan makanannya pada produk fotosintesa yang dilakukan oleh zooxanthellae.  Produk hasil fotosintesa ini adalah bagian terbesar dari nutrien yang didapatkan karang.  Selain dari hasil fotosintesa zooxanthellae, karang juga menangkap zooplankton yang berlalu di sekitarnya untuk makanannya.  Karang merupakan pemangsa suspensi, artinya, karang tidak langsung mencerna makanannya pada saat mendapatkan pakan. 

Ada dua cara yang digunakan karang untuk menangkap mangsanya.  Yang pertama adalah dengan menangkap dengan nematocyct yang lengket, dan yang lain dengan perangkap lendir (Sebens and Johnson, 1991).  Nematocyst pada tentakel dan dan filamen mesentarial digunakan untuk menyengat mangsa dan membawanya ke mulutnya.  Sejumlah karang memerangkap mangsanya dengan lendir yang lengket pada tentakelnya dan memasukkan mangsa tersebut ke mulutnya dengan cilia dan lendir.  Ukuran mangsa tergantung pada besarnya polip (Sebens and Johnson, 1991).

Sebagian karang mencari makan pada malam hari.  Hal ini mungkin disebabkan karena zooplankton bergerak ke arah kolom air pada malam hari.  Tentakel yang tergulung (tersimpan) di siang hari juga membantu karang dalam menghindari pemangsa, membuatnya terlindung dari sinar ultra violet, dan menghindari terlindungnya zooxanthellae dari sinar matahari.

Mangsa menempel pada tentakel dengan penghadangan langsung (aliran air membawa partikel menabrak tentakel), dengan pemadatan inersia (momentum partikel yang padat membuatnya menyimpang dari aliran air dan menabrak tentakel), dan dengan gravitasi (gravitasi menyebabkan pertikel yang berat jatuh dan menabrak tentakel) (Sebens and Johnson, 1991).  Apa pun metode yang digunakan, mangsa dibawa ke mulut, lalu turun ke pharynx (kerongkongan), dan kemudian ke rongga gastrovascular untuk dicerna. 

Karang memiliki dua cara reproduksi: secara seksual dan aseksual.  Koloni karang memperbesar ukurannya dengan cara membiak.  Perkembangbiakan karang ini bisa dengan cara intratentakularDengan cara ini, karang-karang baru terbentuk dari lempeng oral polip dewasa, contohnya seperti pada jenis Diploria.  Cara yang lain adalah dengan ekstratentakular.  Dengan cara ini, polip baru terbentuk dari dasar polip dewasa, seperti yang terjadi pada Montastraea cavernosa.

Cara reproduksi karang aseksual yang umum terjadi adalah dengan fragmentasi.  Pecahan-pecahan karang yang mendarat pada subtract yang sesuai dapat tumbuh dan membangun koloni baru.  Cara reproduksi ini umum terjadi pada jenis karang yang bercabang seperti Acropora cervicornis.  Dalam reproduksi jenis ini terdapat hubungan yang positif antara ukuran pecahan karang dan kemampuannya untuk bertahan hidup.

Ada banyak jenis karang yang mengalami masa pemijahan.  Dalam periode 24 jam, seluruh karang yang sejenis dan sering kali jenis dalam suatu genus (marga) melepaskan telur dan spermanya pada saat yang bersamaan.  Hal ini terjadi pada jenis dalam satu marga Montastraea, dan dalam genera lain seperti Montipora, Platygra, Favia, dan Favites (Wallace, 1994).  Dalam beberapa jenis dalam marga Montastraea dan Acropora, telur dan sperma dilepaskan dalam semacam kantung.  Telur dan sperma ini melayang dan mengapung ke permukaan untuk memisahkan diri dan kemudian pembuahan (fertilisasi) terjadi.  Pertemuan intraspesies umum terjadi, namun pemijahan dalam saat yang bersamaan tersebut meningkatkan kemungkinan hibridisasi jenis dalam marga yang sama (congeneric) (Wallace, 1994).  Zigot yang berkembang menjadi larva yang disebut sebagai planula.  Planula ini kemudian menempelkan dirinya pada substrat yang sesuai dan tumbuh berkembang menjadi koloni yang baru.

Ada sebagian jenis karang melahirkan larvanya.  Sperma karang tersebut membuahi sel telur sebelum keduanya dilepaskan dari karang induk.  Larva kemudian melayang ke atas, menempel pada substrat, dan menjadi koloni yang lain.  Jenis Acropora merupakan jenis karang yang melepaskan larva yang telah dibuahi.

Tidak ada komentar: