Acropora nasuta

 Family             :    Acroporidae
Genus             :    Acropora
Spesies           :    Acropora nasuta
Kedalaman      :    Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri           :    Koloni korimbosa dengan banyak cabang yang runcing dan memanjang. Aksial koralit seperti pipa. Radial koralit berbaris dengan rapi.
Warna             :      Krem atau coklat muda dengan ujung cabang berwarna biru.
Kemiripan        :    A. cerealis, A. Valida, A. Latistella dan A. subulata.
Distribusi        :    Perairan Indonesia, Philipina, Solomon, Australia, Papua New Guinea, Jepang, Madagaskar, Tanzania dan Mesir.
Habitat         :        Lereng karang bagian atas.

Acropora macrostoma

 Family             :    Acroporidae
Genus             :    Acropora
Spesies           :    Acropora macrostoma
Kedalaman      :    Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri           :    koloni korimbosa yang berbentuk plat ukuranya bisamencapai 1 meter. Cabang runcing panjangnya sampai 15 milimeter. Aksia koralit berbentuk pipa. Radial koralit ukurannya beragam.
Warna             :      Abu-abu, merah muda atau biru.
Kemiripan        :    A. microclados dan A. lamarcki.
Distribusi        :    Perairan Indonesia, Philipina dan Papua New Guinea.
Habitat         :        Lereng karang bagian atas.

Acropora kimbeensis

Family             :    Acroporidae
Genus             :    Acropora
Spesies           :    Acropora kimbeensis
Kedalaman      :    Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri           :    Koloni seperti semak. Cabangnya runcing dan menghadap ke atas. Aksial koralit kecil. Radial koralit berbentuk pipa.
Warna             :    Kuning, krem atau biru..
Kemiripan        :    A. cerealis  dan A. parilis.
Distribusi        :    Perairan Indonesia, Philipina, Australia, dan Papua New Guinea.
Habitat         :        Lagun dan lereng karang bagian atas.

Ancaman Terhadap Terumbu Karang

Karang dan terumbu karang merupakan komunitas yang sangat peka.  Sedikit saja perubahan di lingkungan terumbu dapat menyebabkan pengaruh yang buruk terhadap kondisi kesehatan seluruh koloni karang.  Perubahan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, namun pada umumnya penyebab perubahan ini masuk ke dalam dua kategori: gangguan alami dan gangguan karena kegiatan manusia.  Meskipun perubahan alami bisa menyebabkan perubahan yang drastis dalam komunitas karang, gangguan yang disebabkan oleh kegiatan manusia umumnya menyebabkan turunnya luasan tutupan karang serta kondisi kesehatan koloni karang saat terumbu karang dan manusia hidup bersama-sama pada tempat yang sama.

Salah satu ancaman terbesar bagi terumbu karang adalah peningkatan populasi manusia terutama di wilayah pesisir dan pembangunan fisik.  Sejalan dengan pembangunan fisik yang mengubah bentang alam, jumlah aliran permukaan air tawar terus meningkat.  Aliran air dari daratan ini membawa sedimen dalam jumlah besar, nutrien dalam kadar yang tinggi yang berasal dari daerah pertanian atau sistem pembuangan, selain juga bahan pencemar lain seperti produk bahan bakar minyak atau insektisida.  Sedimenasi yang langsung menutup terumbu karang atau peningkatan kekeruhan karena penyuburan (eutrofikasi), menurunkan jumlah cahaya yang mencapai karang yang dapat menyebabkan pemutihan (Brown and Ogden 1993).  Selain itu peningkatan jumlah nutrien mendorong pertumbuhan organisme karang yang lain seperti spons yang dapat mengalahkan karang dalam kompetisi untuk mendapatkan ruang hidup di terumbu karang yang padat.

A. Ancaman yang bersifat antropogenik (disebabkan oleh manusia)

Manusia secara aktif menghancurkan ekosistem terumbu karang di Bumi ini.  Terumbu karang ditangkap ikannya secara berlebihan, diracun, tersekap dalam sedimenasi, dan tercekik oleh alga yang tumbuh subur karena limpasan air permukaan berunsur hara tinggi.  Terumbu karang juga rusak karena kegiatan pariwisata yang sembarangan dan sangat tertekan oleh pemanasan suhu laut.  Sekitar 58% terumbu karang di dunia dilaporkan terancam oleh kegiatan manusia.  Secara umum ancaman terhadap terumbu karang yang disebabkan oleh kegiatan manusia adalah sebagai berikut:

1. Kemiskinan dan peningkatan populasi manusia

Ancaman utama terhadap terumbu karang adalah kemiskinan fisik dan pengetahuan serta populasi manusia yang terus meningkat.  Terumbu karang telah mendukung jutaan kehidupan manusia di dunia.  Tapi untuk berapa lama? Bila populasi manusia terus meningkat dan praktek penangkapan serta perlakuan kita terhadap terumbu karang tidak berubah, terumbu karang sebagai sumberdaya alam dan sumber makanan kita tentu tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan kita.

2. Kegiatan konstruksi dan pengerukan
Kegiatan pembangunan fisik di sepanjang pesisir, bahkan di daerah hulu, seringkali dilaksanakan dengan mengeruk dan menghancurkan terumbu karang yang hidup.  Kegiatan konstruksi sering menyebabkan peningkatan sedimenasi dan siltasi.  Usaha pengambilan karang dan pembangunan perkotaan dan yang lain, seperti pengembangan usaha pariwisata besar-besaran merupakan ancaman terbesar bagi terumbu karang.

3. Sedimentasi
Deforestasi, pertambangan atau pertanian di daerah hulu dan penebangan hutan tropis menyebabkan peningkatan jumlah sedimen secara dramatis dan tanah dan sedimen tersebut terbawa ke perairan pesisir dan menuju terumbu karang.  Lumpur, pasir, dan sedimen lain dapat menyebabkan keruhnya air dan menyekap karang sehingga karang tidak mendapatkan cukup cahaya matahari untuk hidupnya.

4. Polusi air dan pembuangan sampah
Pertanian dengan cara tebas-bakar dan menggunaan pupuk yang berlebih merupakan penyebab peningkatan aliran nutrien bagi perairan dengan terumbu karang.  Buangan manusia juga mengalir ke arah perairan pesisir dan menyebabkan cepatnya pertumbuhan alga yang dapat mencekik polip karang, yang lebih lanjut dapat menghentikan aliran cahaya matahari dan oksigen.  Sampah yang dibuang langsung ke perairan juga dapat mematikan terumbu karang yang hidup.  Oleh sejumlah organisme, kantong plastik sering dikira ubur-ubur.  Penyu dan sejumlah ikan kemudian menelan kantong tersebut dan  arena mereka tidak bisa mencerna plastik, kantong lalu menghalangi saluran pencernaannya dan menyebabkan hewan-hewan tadi mati kelaparan.

5. Penangkapan ikan yang berlebih
Karena turunnya hasil tangkapan, para nelayan terpaksa mengubah cara penangkapannya untuk mendapatkan ikan dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhannya.  Di beberapa tempat kondisi ini memicu para nelayan untuk menggunakan penangkapan ikan dengan menggunakan jaring dengan lubang yang lebih kecil yang dapat menangkap ikan berukuran yang lebih kecil dan belum dewasa.  Di beberapa tempat di dunia, para penangkap ikan menggunakan bahan peledak atau racun yang telah menjadi kebiasaan buruk.  Kegiatan peledakan atau peracunan tersebut tidak saja membunuh ikan yang ada disekitarnya, tetapi juga kegiatan itu merusak terumbu karang yang menjadi tempat hidupnya ikan dan organisme lainnya.

6. Penangkapan ikan menggunakan bom (bahan peledak)

Terumbu karang sering diledakan untuk menangkap ikan yang berukuran kecil.  Meskipun melanggar hukum, praktek ini masih banyak dilakukan di banyak negara di dunia, termasuk Indonesia.  Peledakan untuk menangkap ikan ini merupakan ancaman besar bagi terumbu karang.  Cara menangkap ikan yang merusak ini menggunakan botol yang diisi bahan peledak yang terbuat dari potassium nitrat (sejenis pupuk kimia yang mudah didapat).  Peledak tersebut menyebabkan gelombang kejut di bawah permukaan air yang dapat merobek gelembung renang ikan sehingga ikan-ikan tersebut mengapung di permukaan dan penangkapikan dengan mudah mengumpulkannya.  Cara ini tidak hanya ikan yang terbunuh, tetapi juga hewan-hewan yang tinggal di terumbu karang lainnya yang tidak dapat dimakan.  Seringkali suatu kompleks terumbu karang diledakkan dua kali.  Yang pertama untuk mematikan ikan-ikan kecil, yang selanjutnya untuk mematikan ikan pemangsa yang lebih besar yang tertarik oleh ledakan yang pertama.  

Namun kerusakan yang paling parah adalah rusaknya terumbu karang itu sendiri karena ledakan.  Ledakan ini menyebabkan wilayah di sekeliling terumbu karang menjadi onggokan puing yang mati.  Terumbu karang tidak dapat kembali hidup dengan cepat, hal ini karena larva yang hidup kesulitan untuk mendapatkan tempat yang sesuai sebagai pijakannya di puing-puing tersebut.  Selanjutnya, ikan dan hewan lain tidak lagi memiliki tempat untuk mencari makan dan berkembang biak, sehingga hewan-hewan tersebut tidak dapat lagi tumbuh dan berkembang biak.

7. Penangkapan ikan dengan racun sianida untuk akuarium
Para nelayan penangkap ikan sering menggunakan potassium sianida dan racun yang lain untuk mengagetkan dan menangkap ikan karang yang bernilai ekonomi tinggi.  Penangkap ikan tersebut menyelam dan menyemprotkan larutan sianida dari botol secara langsung pada ikan yang sedang berada di atas karang.  Ikan yang terkagetkan tersebut sering melarikan diri ke celah-celah terumbu karang dan penangkap ikan harus membongkar terumbu karang untuk mendapatkan mangsanya yang telah lumpuh.  Cara ini tidak saja melumpuhkan dan meracuni ikan tetapi juga mematikan polip karang dan hewan lain di sekitarnya.  Terumbu karang yang terkena racun sianida awalnya akan membentuk lendir hitam, setelah itu terumbu karang tersebut akan mati.

Cara ini dgunakan untuk menangkap ikan tropis bagi akuarium atau ikan yang bernilai ekonomi tinggi seperti ikan Napoleon (Napoleon wrasse) atau ikan kerapu untuk rumah makan yang menyediakan ikan hidup.  Tentu saja, tidak semua ikan yang dilumpuhkan dapat hidup.  Dapat dikatakan 40% ikan hasil tangkapan dengan cara ini mati sebelum mencapai akuarium.  Kegiatan ekspor hewan karang ini dilarang undang-undang, tetapi praktek ini masih banyak terjadi.  Menurut Interpol, imbalan keuangan perdagangan hidupan liar dan hasil hidupan liar yang ilegal menempati ranking ke dua setelah obat bius.

Sejumlah ikan seperti kudalaut sangat sulit untuk dipelihara di akuarium dan tingkat kematiannya sangat tinggi.  Memelihara ikan hias laut merupakan kegemaran banyak orang.  Tetapi sebetulnya para pemilik akuarium ikan hias laut seharusnya memiliki pengetahuan yang cukup untuk dapat memilah-milah mana jenis ikan yang layak ditanam di akuarium, mana jenis yang langka atau hampir punah dan dilindungi, serta mana jenis ikan yang seharusnya dibiarkan saja hidup di terumbu karang.

8. Pemanfaatan bagi obat-obatan tradisional
Di banyak negara di Asia, mengkonsumsi produk laut tertentu diyakini dapat meningkatkan kemampuan seksual.  Sejumlah jenis hewan laut, seperti contohnya kudalaut, dikeringkan dan digunakan untuk obat-obatan seperti ini.  Setidaknya sekitar 20 juta ekor kudalaut kering diperdagangkan di dunia tahun 1995, sebagian besarnya digunakan untuk obat-obatan tradisional.

Sup sirip hiu adalah makanan yang banyak disajikan dalam perayaan karena dianggap sebagai makanan yang istimewa, terutama di Asia.  Sebagian percaya bahwa sirip hiu merupakan aprodisiak, yaitu obat yang dapat meningkatkan rangsangan seksual.  Tetapi saat ini sup sirip hiu bukan merupakan makanan yang langka.  Kini sup tersebut telah dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dan bahkan bisa didapati sebagai makanan kaleng!Biasanya hiu ditangkap dengan pancing, begitu mengena, diambil dan siripnya dipotong.  Hiu yang masih hidup tersebut tanpa sirip sehingga tidak dapat berenang dan mati dimakan hiu atau hewan yang lain.

9. Tambak ikan dan udang
Ancaman lain terhadap ekosistem yang terkait dengan terumbu karang adalah daerah mangrove di pesisir dan padang lamun, yang merupakan daerah pemijahan ikan.  Daerah tersebut sering diubah pemanfaatannya menjadi tambak udang dan ikan.  Di Delta Mahakam, Kalimantan Timur, tutupan mangrove dan nipah diubah fungsinya menjadi tambak udang dengan kecepatan sekitar 34 hektar per hari!  Karena mangrove dan padang lamun biasanya berfungsi sebagai saringan sedimen, dengan konversi mangrove menjadi tambak ini sedimen akan meningkat dan yang mencapai terumbu karang dapat merusak terumbu karang tersebut. 

10. Pariwisata
Saat kita memegang, menendang, berjalan, atau mengumpulkan karang, kita juga menjadi penyebab kerusakan terumbu karang.  Perahu, penyelaman, penangkapan ikan serta kegiatan rekreasi lain di daerah terumbu karang yang dilakukan secara ceroboh dapat menyebabkan rusaknya terumbu karang tersebut.  Di sejumlah pulau, pusat rekreasi atau resort menggunakan bahan peledak untuk membangun jalan lalu bagi perahu-perahunya.  Bila tidak ada buoy, jangkar yang mengikat perahu diturunkan dapat menghancurkan karang.  Para wisatawan seringkali memberi makan ikan karang.  Meskipun niatnya baik, kegiatan ini dapat mengubah perilaku makan ikan dan ikan-ikan tersebut tidak lagi memakan alga yang ada di atas karang dan menyebabkan tercekiknya karang.

Karang juga sangat terkenal karena keindahannya sebagai pelengkap dekorasi.  Seringkali, wisatawan yang datang ke daerah tropis yang dikelilingi oleh terumbu karang yang cantik, mereka ingin membawa tanda mata dan buah tangan ke rumahnya.  Mereka sering mengambil karang atau membelinya dari toko-toko souvenir.  Toko tersebut mendapatkan karangnya dari pengumpul karang komersial yang memilih koloni yang telah berkembang yang biasanya mahal harganya.  Hal ini sangat merusak karena karang yang paling sehat dalam jumlah besar dipilih dan diambil untuk dijual.

Jangan membeli perhiasan yang terbuat dari cangkang penyu, cangkang kerang, keong, gambar dengan kudalaut yang dikeringkan, asbak dari kulit tiram, dan sebagainya.  Binatang-binatang tersebut secara khusus ditangkap dengan jaring atau umpan.  Sejumlah hewan seperti kerang raksasa (Tridacna) atau penyu laut merupakan hewan yang dilindungi undang-undang.  Memiliki dan memakai perhiasan tersebut sebetulnya melanggar undang-undang.

11. Polusi air
Terumbu karang juga rusak karena kapal komersial maupun pribadi.  Bocoran bahan bakar tertumpah ke perairan dan tumpahan minyak oleh tanker yang besar sangat merusak karang setempat.  Jangkar perahu juga sangat merusak karang karena memecahkan dan menghancurkan seluruh koloni.  Kapal besar yang merapat juga dapat menyebabkan bagian-bagian karang hancur.  Selain itu, lapisan cat anti bocor yang digunakan sejumlah besar kapal menyebabkan terbentuknya konsentrasi racun dari kaleng tributyl dan beberapa senyawa kimia lain yang sangat berbahaya bagi karang dan jenis karang yang lain.

Minyak yang tumpah karena kebocoran kapal atau dari kegiatan pembersihan kapal mengapung di atas air dan mencemari daerah yang luas di laut.  Produk minyak bumi dan bahan kimia lain yang dibuang dengan perairan pesisir lambat laun akan mencapai terumbu karang dan meracuni polip karang serta hidupan laut lainnya. Karena karang biasanya memijah dan menghasilkan gamet yang mengambang, bahan pencemar dan racun di permukaan dapat mempengaruhi reproduksi dan pembentukan karang di wilayah yang luas.  Dengan demikian, harus dilakukan upaya-upaya pengurangan atau pencegahan tumpahan dan bocoran yang dapat menyebabkan kontaminasi kepada air.

Minyak dalam jumlah yang sama dapat menyebabkan kerusakan yang lebih tinggi di suatu tempat dibandingkan dengan tempat yang lain.  Terumbu karang dan mangrove lebih peka terhadap tumpahan minyak dibandingkan dengan pantai berpasir atau padang lamun.  Daerah pasang surut merupakan zona yang paling peka.

Di samping aliran air permukaan, buangan dari instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan instalasi pembangkit listrik berukuran besar sering menjadi penyebab kerusakan terumbu karang.  IPAL meningkatkan kadar nutrisi di sekeliling pipa pembuangannya sedangkan instalasi pembangkit listrik mengubah suhu air karena membuang air yang sangat panas ke perairan pesisir.  Namun pada dasarnya, secara umum, penyebab degradasi terumbu karang yang terus berlangsung adalah jumlah penduduk manusia yang terus meningkat.

12. Kurangnya kemauan kemauan politik
Meskipun banyak upaya dan pernyataan politis yang ditujukan untuk menghentikan penangkapan ikan yang melanggar hukum atau perdagangan ikan karang hidup, sedikit sekali kemauan politis serta insentif untuk melakukan upaya konservasi.  Hal ini ditambah lagi sulitnya penegakan hukum yang sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup terumbu karang yang sangat diperlukan oleh masyarakat.

B. Ancaman dari alam
Meskipun sebagian besar degradasi terumbu karang disebabkan oleh dampak kegiatan manusia, ada sejumlah gangguan alami yang menyebabkan kerusakan yang besar bagi terumbu karang.  Yang paling dikenal adalah kejadian topan badai atau taifun yang menyebabkan gelombang yang sangat kuat di wilayah tropis.  Gelombang badai tersebut menyebabkan pecahnya karang dan menyebarkan pecahan-pecahannya di sekitar terumbu karang.  Setelah badai, karang yang pertumbuhannya lambat tersebut dapat dengan mudah dikalahkan pertumbuhannya oleh alga yang lebih cepat pertumbuhannya.  Selain itu, badai umumnya diiringi hujan yang lebat yang menyebabkan peningkatan aliran permukaan dan sedimentasi.

Ancaman terhadap populasi karang yang lain adalah bintang laut berduri (Acanthaster planci).  A. planci adalah bintang laut berukuran besar yang memakan karang dengan menempelkan perutnya pada karang untuk mencernakan lapisan jaringan hidupnya (Birkeland 1989).  Pemangsa karang ini memiliki efek yang serius bagi populai karang di banyak tempat di Samudra Pasifik.  Diduga, meledaknya populasi Acanthaster planci ini disebabkan oleh peningkatan pembangunan dan penyuburan (eutrofikasi) di suatu wilayah.  Pemangsa yang salin seperti ikan dan gastropoda juga dikenal sebagai perusak koloni karang.  Namun pengaruhnya terhadap populasi karang tidak separah A. Planci.